Selasa, 18 Maret 2014

Tragedi Adam Air Terkuat dan Analisanya

Masih ingatkah Anda dengan peristiwa jatuhnya pesawat Adam Air jurusan Surabaya – Manado di Selat Majene, Sulawesi? Setelah kecelakaan tersebut, media menujukkan bahwa pihak Adam Air dan pemerintah Indonesia tidak dapat menemukan bangkai pesawat sehingga investigasi tidak dapat dilakukan. Seiring berjalannya waktu, berita ini pun pudar dan hilang dari ingatan publik. Namun, bagi Anda yang belum tahu, kasus ini ternyata telah selesai diinvestigasi dan penyebab jelas kecelakaan sudah ditemukan pada bulan Mei 2008.
Pada tanggal 1 Januari 2007, pesawat boeing 737 milik maskapai penerbangan Adam Air ini jatuh di Selat Majene, Sulawesi. Pesawat ini sedang menjalani rute Surabaya - Manado, tetapi kehilangan arah di tengah perjalanan kemudian hilang dari pantauan radar Air Traffic Controller Makassar.
Setelah 1 bulan, akhirnya pencarian korban dihentikan dan penyebab jatuhnya pesawat menjadi simpang siur. Ada yang mengatakan pesawat jatuh karena kerusakan alat, ada yang bilang karena kesalahan pilot, bahkan ada juga yang bilang pesawat diculik makhluk gaib sebagai korban sesembahan. Namun pada bulan Mei 2008, penyebab jelas kecelakaan sudah ditemukan. Ternyata penyebab utamanya adalah kerusakan komponen pesawat disertai kurangnya pengetahuan pilot.
Pada tanggal 27 dan 28 Agustus 2007, kedua black box (Kok “kedua black box“? Ya, black box setiap pesawat memang ada 2: 1 Flight Data Recorder dan 1 Cockpit Voice Recorder) berhasil diangkat dari dasar laut. Dengan adanya black box ini, penyebab jatuhnya pesawat bisa ditemukan. Black box diteliti oleh biro keselamatan transportasi Indonesia (KNKT) dan Amerika Serikat (NTSB). Amerika ikut campur dalam kasus ini karena pesawat yang jatuh adalah pesawat buatan Amerika.
Investigasi menunjukkan bahwa komponen pesawat yang bernama IRS (Inertial Refference Systems) mengalami kerusakan. IRS berfungsi sebagai sistem navigasi pesawat, yang menghitung posisi koordinat pesawat ketika terbang. IRS bekerja bersama dengan sistem auto-pilot, sehingga pesawat dapat terbang menuju koordinat yang ditentukan tanpa kendali pilot. Namun, IRS rusak sehingga pesawat keluar dari jalur aslinya dan kehilangan arah.
Pilot baru mengetahui bahwa pesawatnya keluar dari jalur ketika diberitahu oleh petugas Air Traffic Controller Makassar. Karena itu, pilot mematikan auto-pilot dan mengendalikan pesawat secara manual. Namun, ia tidak mengetahui bahwa selama pergantian sistem auto-pilot ke manual, sistem elektronik pesawat akan mati selama 30 detik. Ketika sistem elektronik pesawat mati, semua indikator di cockpit pesawat mati. Hal ini mengejutkan pilot dan co-pilot sehingga mereka mencari tahu mengapa sistem mati.
Selama pilot dan co-pilot mencari tahu penyebab kerusakan sistem elektronik dan IRS, pesawat sudah tidak lagi dalam kondisi auto-pilot. Maka pesawat harus dikendalikan secara manual. Namun, pilot maupun co-pilot tidak memegang kendali pesawat, keduanya sibuk membuka buku manual pesawat dan mencari solusi kerusakan sistem. Hal inilah yang menyebabkan kecelakaan tidak dapat dihindari. Ketika pilot dan co-pilot sibuk sendiri, pesawat ternyata secara perlahan berguling ke kanan (miring ke kanan). Karena tidak ada krew yang memegang kendali, pesawat terus berguling ke kanan hingga pada kemiringan yang tidak aman. Akhirnya, pilot terlambat mengembalikan pesawat ke posisi semula sehingga pesawat menukik jatuh ke laut.
Walaupun penyebab jatuhnya pesawat sudah diketahui, pihak penyelidik masih ingin mengetahui mengapa komponen pesawat rusak dan mengapa pilot kurang memiliki pengetahuan terhadap pesawatnya.
Setelah diusut lebih lanjut, ternyata perangkat IRS sudah mengalami kerusakan selama 3 bulan terakhir. Perangkat tersebut tidak dibetulkan, hanya dibersihkan saja komponennya lalu dipasang kembali. Selain itu, pilot tidak memperoleh training yang cukup dari Adam Air. Hal inilah yang menyebabkan pilot kurang mengerti sistem pesawat yang dipakai.
Jadi, pesawat Adam Air 574 mengalami kecelakaan karena kerusakaan komponen dan kelalaian pilot. Namun, kita tidak dapat melemparkan kesalahan sepenuhnya pada pilot dan co-pilotnya. Mereka kurang mendapat training yang memadai sehingga tidak sepenuhnya mengerti sistem di pesawatnya. Informasi ini saya peroleh dari video rekonstruksi kecelakaan pesawat pada acara Air Crash Investigation, milik National Geographic Channel. Jika ada yang mau menonton, mungkin di youtube masih ada.

sumber