Gladag Langen Bogan (galabo) adalah sebuah pusat kuliner di Kota Solo. Diresmikan tanggal 13 April 2008 oleh Marie Elka Pangestu, suatu usaha pemkot Solo untuk mengoptimalkan asset daerah berupa keragaman kuliner untuk menyerap tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian daerah. Saya pikir itu suatu pemanfaatan peluang yang cukup bagus, meski terkesan sedikit terlambat.
Keragaman kuliner Solo bukanlah trend sesaat dan instant, tetapi sudah ada sejak dulu kala, warisan simbah, buyut, canggah, udheg-udheg siwur. Mustinya harta ini sudah menjadi perhatian pemkot sejak lama. Tak apalah terlambat, daripada tidak pernah mengetahui dan mengalami sama sekali.
Malam baru saja datang, tapi saya sungguh takjub melihat lambung jalan sekitar Gladak sudah penuh dengan lautan motor, jelas lebih dari 500 motor berjajar rapih bagaikan gigi tak beraturan yang telah selesai diberi begel. Saya tengok di sebelah timur, tempat parkir mobil, berjejal juga. Padahal waktu baru menunjukkan pukul 1900, dan bukan weekend pula. Ah… itu kan memang saat-saat prime time makan malam ya? Ya wajar lah kalau ramai. Tapi saya tak pernah menyangka kalau galabo bisa seramai ini, saya sangat antusias melihat animo masyarakat merespon program baru pemkot ini.
Orang Solo memang sangat suka makan, suka jajan. Tak ada penelitian yang sahih untuk mendukung hipotesis ini, tapi sudah menjadi semacam informasi yang melekat pada top of mind masyarakat Solo. Salahkah fenomena suka jajan ini? Wah…. tidak bisa digeneralisasikan jawabannya ya…. Kalau dilihat dari budaya hidup hemat atau hemat yang berlebihan (jika tak mau disebut pelit); budaya jajan akan dipandang sebagai hal yang sangat merugikan dan mengancam mereduksi ketebalan dompet kita. Kalau dipandang dari higienitas atau yang terlalu hygiene (jika tak mau disebut freak) maka jajan adalah momok besar yang mengancam mereduksi umur kita. Untungnya setelah dua bulan berjalan, galabo dari hari ke hari malah semakin ramai saja, semakin menunjukkan kalau masyarakat Solo suka jajan (saya lebih suka memakai kata ‘suka jajan’ daripada “konsumtif’).
Menginjakkan kaki ke area galabo, saya memilih untuk melihat-lihat para pedagang dulu, menyisiri dari awal sampai ke gerobak yang paling pojok. Saya ingin membuktikan berita di koran bahwa pedagang yang berjualan di sini adalah 60% pedagang yang sudah terkenal namanya di Solo, 20% adalah pedagang hasil seleksi pemkot, dan 20% lagi untuk pengelola. Saya hitung ada sekitar 70 pedagang dengan gerobak yang sama, dengan komposisi pedagang memang hampir sama seperti pemberitaan di koran. Lebih dari separuh pedagang adalah pedagang yang sudah punya nama di bidang usaha kuliner di kota Solo.
Beberapa pedagang yang sudah terkenal itu seingat saya antara lain: Nasi Liwet Keprabon, Gudeg Ceker Margoyudan yang biasanya kalau di Margoyudan sana buka pukul 0130 dini hari, Sate Kere Yu Rebi, Tengkleng Klewer Bu Edi, Bebek Pak Slamet (hobinya Pak Bondan nih…), Nasi Tumpang Bu Mun, Harjo Bestik, Susu Segar Shi Jack, Bakso Alex, Tahu Kupat Bu Sri, Gempol Plered Bu Yami, dan waaaaa…… masih banyak lagi, saya tak tega menyiksa KoKiers yang ada di luar negeri dengan keji. Hi…hi…hi....
Setelah lelah berjalan, saya memutuskan untuk makan nasi gudeg ceker Margoyudan. Cukup Rp.8.500,- sudah komplit pakai nasi, gudeg, sambal goreng krecek, dan cakar ayam yang sangat lunak dan bagaikan lumer meresap ke lidah kita dan memenuhi lubang-lubang gigi kita. Kalau makan di samping gerobak, maka nasi gudeg akan disajikan dengan piring kaca, tetapi saya memilih pakai box aja karena saya akan cari tempat duduk yang bagus view-nya (baca: yang banyak brondong manis-nya, halah!).
Sambil berjalan untuk mencari yang manis-manis itu, ternyata malah dapat segelas es dawet selasih yang memang manis, yang membuat lupa pada brondong manis. Tempat duduk di meja bundar di bawah tenda merah putih ternyata semuanya penuh terisi. Tidak masalah, saya duduk saja di tikar yang digelar di sepanjang trotoar jalan Mayor Sunaryo. Di belakang saya duduk adalah kompleks pertokoan Pusat Grosir Solo (PGS) dan Beteng Trade Center (BTC), penuh terang dengan lampu warna-warni menambah berpendar suasana malam itu.
Suasana memang sangat hangat dan rileks, sesekali terdengar canda tawa dari grup ini, kelompok itu, yang memang terlihat asyik menikmati makanan sambil mengobrol seru.
Tak banyak yang saya lihat lontang-lantung seorang diri seperti saya. Kebanyakan malah satu keluarga penuh, atau kumpulan ABG bersama teman-teman gank-nya, kelompok ibu-ibu, kelompok para karyawan pulang kantor, dan ada pula yang berpasang-pasangan. Semuanya seperti melebur dalam keramahan malam, keramahan makanan, dan keramahan kota Solo.
Tak heran kalau di hari Sabtu dan Minggu malam, pengunjung galabo bisa mencapai 3000 orang. Wow…!!! Padahal, tempat ini mulai beroperasi hanya dari pukul 1800-2300 saja. Tetapi jangan berharap menemukannya pada siang hari ya, karena tempat yang dipakai untuk galabo ini adalah jalan raya yang sangat padat di siang hari. Malam hari ditutup total untuk pusat wisata.
Saatnya pulang, karena Smallville sudah memanggil untuk ditonton, halah! Sekarang saya sudah tak perlu bingung-bingung lagi ketika ada teman dari luar kota yang minta diantar makan. Satu tempat, seluruh dunia kuliner Solo. Silakan mampir ke Solo, rasakan keramahan kami…. monggo….
WARUNG NASI LIWET
Warung Nasi Liwet Wongso Lemu Keprabon Buka mulai jam 18.00.
Nasi liwet merupakan makanan khas Solo yang paling terkenal. Adalah beras yang dimasak dengan kaldu ayam yang membuat nasi terasa gurih & beraroma lezat. Nasi tersebut dicampur dengan sayur labu Siam yang dimasak sedikit pedas, telur pindang rebus, daging ayam yang disuwir, kumut (terbuat dari kuah santan yang dikentalkan). Disajikan dengan memakai daun pisang yang dipincuk.
SATE KAMBING
Sate Kambing Tambak Segaran 39, Jl Sutan Syahrir no. 149
Sate Buntel adalah sate kambing khas Kota Solo yang terbuat dari daging kambing yang dicincang, diberi bumbu bawang dan merica dan kemudian dibuntel (dibungkus) dengan lemak kambing. Dimakan bersama kecap, irisan cabe rawit . bawang merah, irisan kol dan tomat. Menu yang lain adalah sate kikil kambing dan GuleSumsum.
TIMLO SOLO
Timlo Solo adalah hidangan berkuah bening yang berisi sosis ayam yang dipotong-potong, telor ayam pindang dan irisan hati dan Ampela ayam. Menu ini disantap dengan nasi putih yang ditaburi bawang goreng. Berbeda dengan daerah lain, Timlo Solo tidak memakai soun dan jamur
PECEL n'DESO
Pecel n'Deso adalah nasi pecel yang berasal dari beras merah, Dicampur sayur yang berisi dedaunan dan tanaman mulai dari jantung pisang, nikir, daun petai cina, bunga turi dan kacang panjang. sambal wijen putih atau hitam. Disantap bersama belut goreng. wader pari digoreng , telur ceplok, sosis solo, bongko (kacang merah dan kelapa), gembrot (kelapa dan daun simbukan), otak dan iso goreng.
CABUK RAMBAK
Saat perayaan Sekaten biasa dijumpai tersebar disekitar halaman Masjid Agung Keraton. Makanan dengan menu utama ketupat ini sangat khas Solo. Memakai ketupat yang disebut Gendar Janur, karena beras ini dimasak didalam anyaman Janur/daun kelapa yang masih muda. Yang membedakan dengan makanan ketupat didaerah lain adalah bumbunya. Bumbu Cabuk Rambak memakai wijen yang digoreng bersama santan kelapa, cabai, bawang putih, kemiri dan gulamerah.
Makanan istimewa ini disantap dengan Karak, sejenis kerupuk dengan bahan dasar beras. Lebih unik lagi, karena untuk menikmati kita mempergunakan lidi.
SATE KERE
Sate Kere ini unik karena menu utamanya adalah sate Tempe Gembus, yaitu tempe yang dibuat dari ampas kedele sisa pembuatan tahu. Selain itu terdapat juga sate jerohan sapi, seperti paru, limpa, hati, iso, torpedo.ginjal, babat. Sebelum dibakar bahan makanan ini direndam dalam bumbu khas. Sedangkan bumbu untuk menyantapnya yaitu bumbu kacang, dengan kacang yang tidak terlalu banyak sehingga terasa lebih ringan.
TENGKLENG KAMBING
Ibu Ediyem, samping Gapura Pasar Klewer -Buka sejak pagi
Tengkleng merupakan makanan semacam gulai kambing tetapi kuahnya tidak memakai santan. isi tengkleng adalah tulang-belulang kambing, dengan sedikit daging yang menempel, bersama dengan sate usus, sate jerohan, otak dan juga organ organ lain seperti mata, telinga, pipi, kaki dan lain-lain.
Kenikmatan menyantap Tengkleng akan terasa ketika kita menggerogoti sedikit daging yang menempel pada tulang dan mengisap-isap isi.
GUDEG CEKER
Gudeg ceker Bu Kusno Jl. Wolter Monginsidi, Margoyudan - Buka jam 02.00 pagi Warung Gudeg, sebelah utara perempatan Warung pelem - buka jam 19.00.
Ceker ( kaki ayam) ini menjadi makanan pendamping yang dihidangkan bersama gudeg. Ceker direbus dengan bumbu santan sehingga terasa lunak dan lezat. Selain gudeg, ceker juga biasa disajikan sebagai makanan pendamping dari bubur. Paduan menu ini akan semakin lezat ketika disiram dangan kuah Sambel Goreng Krecek.
SELAT SOLO
Warung Selat Mbak Lies di Serengan - Buka mulai jam 09.00
RM. Kusuma Sari, perempatan Nonongan -Buka mulai jam 09.00
Selat segar Solo adalah salah satu bentuk percampuran masakan berkuah asal barat dengan selera lidah lokal yang menciptakan masakan khas Solo.
Racikan Selat Solo merupakan adaptasi dari salad yang terdiri dari daging yang diiris tipis, ditambah rebusan buncis, kentang, wortel, telur pindang dan mayonaise. Racikan ini kemudian disiram dengan kuah kecap encer.
TAHU KUPAT
Tahu Kupat adalah salah satu makanan khas Solo yang terdiri dari ketupat, mie basah, taoge, tahu goreng, bakwan yang dipotong-potong dan kacang goreng yang disiram dengan bumbu kecap manis dengan rasa bawang yang cukup terasa. Kadang ditambah juga dengan telur dadar
MIE TOPRAK
Meskipun nama makanan khas Solo ini mirip dengan Ketoprak Jakarta, tetapi menunya sangat berbeda. Tidak seperti Ketoprak Jakarta memakai sambal kacang, Toprak Solo berkuah bening. Toprak Solo terdiri dari mie kuning, irisan kol, tahu goreng, telur, tempe goreng dan sosis. Kemudian disiram dengan kuah kaldu dan insan tetelan daging sapi serta taburan bawang goreng dan seledri. Sebagai pelengkap bisa ditambah karak (kerupuk nasi).
SAMBEL TUMPANG
Nasi Sambel Tumpang terdiri dari nasi putih yang ditumpangi aneka sayuran rebus seperti bayam, taoge dan kacang panjang lalu disiram dengan kuah kental. Kuah ini dibuat dari campuran santan dan Tempe Semangit (tempe yang mulai membusuk) yang dihaluskan. Biasanya didalam kuah tumpang ini terdapat tahu putih, telur dan krecek (kulitsapi). Sambel tumpang ini sering juga dinikmati dengan bubur panas yang biasa disebut Bubur Tumpang.
GULAI KAMBING
Di jual di Jl. Diponegoro. sebelah bekas gedung bioskop Dedy Theatre
Depan RS.Kustati Pasar Kliwon
DiSolo ada cara lain untuk menikmati gule kambing yang disebut Gul-Gor (Gule Goreng). Gule kambing yang berkuah santan kental dimasak diatas anglo (kompor) arang sampai kering. Proses ini akan membuat daging semakin empuk dan menciptakan rasa unik dan khas.
SERABI SOLO
Serabi Notosuman, Jl. Moh. Yamin Notosuman.
Dari sore sampai malam. Serabi Solo berbeda dengan serabi dari daerah lain. Jajanan ini tidak dimakan bersama kuah santan yang manis, karena rasanya sendiri sudah manis dan gurih. Serabi Solo terbuat dari adonan tepung beras, gula pasir, santan dan berbentuk bulat seperti piring dengan kerak disekelilingnya yang kering dan renyah. Selain polos, serabi Solo juga memakai toping yang beraneka macam seperti taburan coklat, nangka irisan pisang.
RAMBAK PETIS
Rambak Petis adalah salah satu makanan yang tidak boleh dilupakan saat mencari oleh-oleh khas Solo. Berbahan baku dari kulit sapi dan kerbau, camilan ini diproses seperti membuat kerupuk! Setelah dijemur, potongan kulit yang berbentuk kotak sebesar ibu jari yang telah kering ini direndam dalam racikan bumbu sebelum akhirnya digoreng. Yang unik adalah pasangan dari rambak ini, yaitu Petis. Petis adalah semacam kecap yang dihidangkan bersama rambak. Dibuat dari kaldu sapi yang diproses bersama gula dan bumbu khas.
TAHOK
Sebelahan utara Kretek Gantung, Lodji Wetan.
Dijual pagi hari dengan cara dipikul berkeliling kampong.
Tahok, makanan yang konon berasal dari China ini terdiri dari ampas kedelai yang menggumpal seperti agar-agar lembek, kemudian disiram dengan kuah dari campuran gula dan jahe sehingga terasa hangat.
SOTO GADING
Soto yang disajikan langsung bersama nasi putih dalam satu mangkok. Tersedia juga berbagai lauk sangat komplet di meja-meja pengunjung. dengan rasanya yang khas. warung soto ini selalu jadi tujuan wisata kuliner bagi wisatawan yang berkunjung ke solo.
BABI PINCUK
Dijual berkeliling dengan pikulan. Dapat dijumpai disekitar Pasar Gede - Pada siang hari.